Saturday, November 14, 2009

Catatan atas ‘Train’ menambah rasa ukhuwwah

12.15am (14/11/2009)


 

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang….

Alhamdulillah, segala kesyukuran di panjatkan kepada Allah swt. Semester ini sudah sampai ke penghujungnya. Begitu banyak pengalaman manis dan pahit yang telah diharungi.

Bermula dengan menjadi agen kepada Minggu Haluan Siswa, kemudian mengalami demam malaria yang akhirnya ana terpaksa ditahan di Hospital Sultanah Aminah selama seminggu. Pengalaman yang sukar untuk dilupakan dan terpahat dalam memori. Seperti hotel, hospital juga mempunyai layanan 'First Class' iaitu ana turut dimasukkan dalam unit rawatan rapi (ICU). Ukhuwah yang terjalin antara aku dengan jururawat dan pesakit lain amat bermakna untuk aku supaya bersyukur dengan nikmat kesihatan yang dianugerahkan oleh Allah swt.

Tidak dilupakan kak Yanti yang telah menziarahiku dan menemankan aku selama semalam dalam keadaan dia mengandung 7 bulan. Perjalanan selama 6jam lebih dari Ipoh ke Johor bahru dia terpaksa tempuhi semata-mata untuk melihat keadaanku ketika itu. Begitu juga sahabat-sahabatku yang tidak putus-putus datang menziarahiku memberikan sokongan moral dan doa. Aku amat menghargainya….

Adikku Ghazali, Azam dan Zulhelmi antara yang telah banyak mengorbankan masa dan tenaga mereka bersama aku dihospital. Tidak mampu aku bayar mengorbankan antum melainkan aku berdoa semoga Allah membalas kebaikan yang pernah kamu berikan kepadaku. Linangan air suci dari tangan Ghazali yang membasihi pipiku untuk berwuduk cukup manis untuk dikenang. Begitu juga dengan Zul dan Azam. Tidak mampu ana coretkan kebaikan2 yang mereka lakukan kepadaku kerana terlalu banyak….

Tidak terhenti setakat itu apabila semester ini aku terpaksa mengambil beberapa subjek yang 'berat'. Digagahkan juga diri untuk merempuh halangan tersebut. Alhamdulillah sedikit semi sedikit halangan tersebut berjaya dilalui.

Amanah yang terus bertambah selepas menjadi senior juga tidak kurang hebatnya. Awal-awal semester aku tidak dapat mengawal masa ku kerana kesibukan jadual akademik. Maklumlah bercuti seminggu di hospital….

Ramadan menjelma dengan membawa seribu pengalaman manis.

Begitu juga ukhuwwah yang aku lukiskan bersama adik-adikku forecast menambah lagi resepi semester ini. Terasa sedikit kesunyian bila diorang semua balik kg lebih awal daripada aku. Munzir, Iskandar, Wan Hazaman, Luqman, Syafiq, Hanif, Aidil,Madhi dll terima kasih kerana menghulurkan tangan untuk berukhuwwah dengan abg.

Akhirnya… tiada yang lain melainkan mengucapkan setinggi kesyukuran atas tarbiah yang dilalui sepanjang semester ini.

Ibrah bermusafir secara solo

# Dalam ruang masa kosong singgah berehat di KL Sental. aku membelek-belek 'folder' tazkirah dalam laptop ini… akhirnya aku terjumpa dengan tajuk ini.. Ya Allah… takut dan gerun dengan dua hadis ini.. Rasanya perlu untuk aku kongsikan bersama rakan perjuangan dalam bahtera apa sekalipun… Semoga kita dapat ambil iktibar dan pengajaran…

Hadis I

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Kitab Bad'i al-Khalq dalam sahihnya, beliau berkata;

حَدَّثَنَا عَلِيٌّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ قِيلَ لِأُسَامَةَ لَوْ أَتَيْتَ فُلَانًا فَكَلَّمْتَهُ قَالَ إِنَّكُمْ لَتُرَوْنَ أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ إِنِّي أُكَلِّمُهُ فِي السِّرِّ دُونَ أَنْ أَفْتَحَ بَابًا لَا أَكُونُ أَوَّلَ مَنْ فَتَحَهُ وَلَا أَقُولُ لِرَجُلٍ أَنْ كَانَ عَلَيَّ أَمِيرًا إِنَّهُ خَيْرُ النَّاسِ بَعْدَ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا وَمَا سَمِعْتَهُ يَقُولُ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلَانُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ رَوَاهُ غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ

Ali menuturkan kepada kami, Sufyan menuturkan kepada kami dari al-A'masy dari Abu Wa'il dia berkata;ada orang yang berkata kepada Usamah, "Seandainya saja engkau mau mendatangi si fulan dan berbicara menasihatinya." Maka dia menjawab, "Apakah menurut kalian aku tidak berbicara dengannya melainkan aku harus menceritakannya kepada kalian. Aku sudah menasihatinya secara rahasia. Aku tidak ingin membuka pintu yang menjadikan aku sebagai orang pertama yang membuka pintu fitnah itu -menasihati penguasa dengan terang-terangan-. Aku pun tidak akan mengatakan kepada seseorang sebagai orang yang terbaik -walaupun dia adalah pemimpinku- setelah aku mendengar sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."

Mereka bertanya, "Apa yang kamu dengar dari beliau itu?". Dia menjawab; Aku mendengar beliau bersabda, "Akan didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka dan terburailah isi perutnya di neraka sebagaimana seekor keledai yang berputar mengelilingi penggilingan. Maka berkumpullah para penduduk neraka di sekitarnya. Mereka bertanya, "Wahai fulan, apa yang terjadi padamu, bukankah dahulu kamu memerintahkan yang ma'ruf kepada kami dan melarang kami dari kemungkaran?".

Lelaki itu menjawab, "Dahulu aku memerintahkan kalian mengerjakan yang ma'ruf sedangkan aku tidak melakukannya. Dan aku melarang kalian dari kemungkaran namun aku justru melakukannya." Hadits ini diriwayatkan oleh Ghundar dari Syu'bah dari al-A'masy (HR. Bukhari [3027] , disebutkan pula oleh Bukhari dalam Kitab al-Fitan [6569] as-Syamilah).


Hadis II

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Kitab az-Zuhd wa Raqa'iq di dalam sahihnya;

Yahya bin Yahya, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Ishaq bin Ibrahim dan Abu Kuraib -lafazh ini milik Abu Kuraib- menuturkan kepada kami, Yahya dan Ishaq berkata; memberitakan kepada kami, sedangkan periwayat lainnya mengatakan; menuturkan kepada kami Abu Mu'awiyah; al-A'masy menuturkan kepada kami dari Syaqiq dari Usamah bin Zaid, Syaqiq berkata; ditanyakan kepada Usamah, "Apakah engkau tidak menemui Utsman untuk berbicara dengannya?".

Maka dia menjawab, "Apakah menurut kalian saya harus menceritakan kepada kalian kalau saya sudah berbicara dengannya. Demi Allah, saya sudah menasihatinya berdua saja, aku tidak ingin membuka pintu fitnah sehingga akan membuatku orang yang pertama kali membukanya. Aku juga tidak akan mengatakan kepada seseorang yang menjadi pemimpinku sebagai orang yang terbaik setelah aku mendengar sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Akan didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat nanti kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka lalu isi perutnya terburai, lalu dia berputar-putar karenanya sebagaimana berputarnya keledai mengelilingi penggilingan. Maka berkumpullah para penduduk neraka melihatnya.

Mereka berkata, "Wahai fulan, apa yang menimpamu, bukankah engkau dahulu memerintahkan yang ma'ruf dan melarang dari yang mungkar?". Maka dia menjawab, "Benar, dahulu aku memang memerintahkan yang maruf tapi aku tidak melakukannya, dan aku melarang yang mungkar namun aku justru melakukannya." Utsman bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami; Jarir menuturkan kepada kami dari al-A'masy dari Abu Wa'il, dia berkata; Dulu ketika kami duduk-duduk bersama Usamah bin Zaid maka ada seseorang yang mengatakan, "Apa yang menghalangimu menemui Utsman dan berbicara dengannya atas apa yang telah dilakukannya.." kemudian dia membawakan isi hadits ini dengan isi yang sama (HR. Muslim [5305] as-Syamilah)

Thursday, November 5, 2009

Misteri Harut dan Marut


Assalamualaikum

Saya ingin bertanya tentang sebuah ayat dlm Al-Qur'an yg menyebutkan kisah tentang dua orang malaikat di Negri Babil yg bernama Harut dan Marut. Sebenarnya siapakah dua malaikat yg bernama Harut dan Marut tersebut ?

Atas perhatian Ust. saya ucapkan terimakasih. Wassalam

Jawapan:

Waalaikumussalam Wr Wb

Saudara Zae yang dimuliakan Allah swt

Allah swt berfirman


Artinya : “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

(QS. Al Baqoroh : 102)

Syeikh Athiyah Saqar menyebutkan bahwa di beberapa buku tafsir disebutkan kedua malaikat itu telah diturunkan ke bumi sebagai fitnah sehingga Allah swt mengadzab mereka berdua dengan menggantung kedua kaki mereka, perkataan para mufassir ini bukanlah hujjah (dalil) dalam hal ini, hal itu berasal dari warisan masyarakat Babilonia dan penjelasan orang-orang Yahudi serta kitab-kitab Nasrani.

Dan perkataan mereka yang paling dekat tentang kedua malaikat tersebut adalah bahwa masyarakat saat itu mendapatkan fitnah dengan para tukang sihir sehingga mereka mengangkat para tukang sihir itu sampai ke derajat para nabi. Kemudian Allah swt menurunkan dua malaikat untuk mengajarkan kepada manusia sihir agar mereka bisa membedakan antara sihir dengan kenabian serta memperingatkan mereka tentang fitnah terhadapnya. Atau—ada juga yang mengatakan—bahwa mereka berdua adalah dua orang yang memiliki ilmu dan akhlak mulia sehingga menjadi fitnah di masyarakat dan mereka memberikan kepada kedua orang itu nama dua malaikat. Hal ini dari aspek penyerupaan dan gaya bahasa yang sudah difahami sejak dahulu sebagaimana saat ini nama Malaak digunakan untuk seorang yang istimewa.

Didalam cerita-cerita kuno masayarakat Babilonia terdapat dua orang yang memiliki nama mirip yaitu Harut dan Marut. Masyarakat saat itu begitu kagum dengan mereka berdua sehingga memberikan kepada keduanya nama dua malaikat. Bahkan kekaguman mereka terhadap keduanya pun bertambah sehingga meyakini bahwa mereka berdua adalah Tuhan.

Kemudian orang-orang Yahudi mempelajari peninggalan dari kedua orang itu berupa hikmah dan sihir yang menjadikan mereka lebih disibukkan olehnya daripada Kitab Allah dan mereka pun membuang Kitab Allah itu dibelakang punggung mereka.

Tidak diperbolehkan bagi kita untuk merujuk kepada cerita-cerita yang dikatakan mereka itu tentang malaikat yang bertentangan dengan kemaksuman mereka. Para malaikat tidaklah maksiat kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka pun melakukan apa-apa yang diperintahkan-Nya, firman Allah swt :

Artinya : “Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (QS. Al Anbiya : 26 – 27)


Artinya : “Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.” (QS. Al Anbiya : 19 – 20) – (Fatawa Al Azhar juz VII hal 436)

Firman Allah swt :

Artinya : ”dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut”

Sayyid Qutb mengatakan bahwa terdapat kisah tentang keduanya yang sudah diketahui dimana orang-orang Yahudi atau para setan telah menganggap bahwa mereka berdua (Harut dan Marut) mengetahui tentang sihir dan mengajarkannya kepada manusia dan kedua malaikat itu menganggap bahwa sihir itu diturunkan kepada mereka berdua!

Kemudian Al Qur’an membantah kebohongan ini, kebohongan yang menyatakan bahwa sihir diturunkan kepada kedua malaikat itu.. Selanjutnya Allah swt menjelaskan hal yang sebenarnya, bahwa kedua malaikat itu hanyalah fitnah dan menjadi cobaan bagi manusia untuk sebuah hikmah yang ghaib. Kedua malaikat itu mengatakan kepada setiap orang yang mendatangi dan meminta mereka berdua untuk mengajarinya sihir,


Artinya : “Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".

Sekali lagi kita dapati Al Qur’an yang menyatakan bahwa mempelajari dan menggunakan sihir adalah suatu kekufuran. Hal ini disebutkan melalui lisan dua malaikat, yaitu Harut dan Marut.

Dan ada sebagian manusia yang memaksa untuk belajar sihir dari kedua malaikat itu walaupun telah diingatkan dan diberitahu. Maka pada saat itu terjadilah fitnah pada sebagian orang-orang yang yang terkena fitnah :


Artinya : “Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya”

Inilah suatu keburukan yang telah diingatkan oleh kedua malaikat itu.... Di sini Al Qur’an menyatakan sebuah kalimat wawasan islam yang mendasar yaitu tidaklah segala sesuatu terjadi di alam ini kecuali dengan izin Allah swt.

Artinya : “dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah”

Dengan izin Allah maka terjadilah sebab-sebab suatu perbuatan, memunculkan bekas-bekasnya dan terealisasi hasil-hasilnya.. Inilah kaidah suatu kalimat yang harus tampak jelas didalam hati seorang mukmin. Permisalahn yang paling dekat adalah apabila anda mengulurkan tangan anda ke api maka ia akan terbakar namun tidaklah terjadi kebakaran itu kecuali dengan izin Allah swt.

Allah lah yang menjadikan api itu membakar dan menjadikan tangan anda terbakar olehnya. Dia juga Maha Kuasa menghentikan kekhususan itu untuk tidak mengizinkan kekhususan itu terjadi, seperti apa yang terjadi terhadap Ibrahim as. Demikian pula sihir yang memisahkan antara seseorang dengan isterinya, dan terjadinya akibat itu dengan izin Allah swt dan Dia swt juga Maha Kuasa untuk menghentikan kekhususan ini untuk tidak terjadi.....

Kemudian Al Qur’an menyatakan hal sebenarnya yang mereka pelajari dan apa yang memisahkan antara mereka dari isterinya... sesungguhnya itu adalah kejahatan yang menimpa diri mereka sendiri dan bukanlah kebaikan :

Artinya : “dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat.”

Dan cukuplah kejahatan ini adalah kekufuran yang menjadi mudharat sesungguhnya yang tidak ada manfaat didalamnya.


Artinya : “Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat”

Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa apa yang mereka beli (sihir itu) tidaklah ada bagian baginya di akherat, yaitu ketika mereka memilih untuk membelinya maka hilanglah seluruh persediaan miliknya di akherat dan juga setiap bagiannya...

Maka sungguh buruklah apa yang diri mereka beli seandainya mereka mengetahui kenyataan dari transaksi tersebut :

Artinya :”dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” --(Fi Zhilalil Qur’an juz I hal 95 – 96)

Tentang pengajaran sihir yang diberikan Harut dan Marut ini, telah diriwayatkan dari Ali ra yang mengatakan bahwa kedua malaikat itu mengajarkan kepada manusia tentang peringatan terhadap sihir bukan mengajarkan untuk mengajak mereka melakukan sihir. Az Zajjaj mengatakan bahwa perkataan itu adalah juga pendapat kebanyakan ahli bahasa. Artinya bahwa pengajaran kedua malaikat itu kepada manusia adalah berupa larangan, keduanya mengatakan kepada mereka,”Janganlah kalian melakukan ini (sihir) dan janganlah kalian diperdaya dengannya sehingga kalian memisahkan seorang suami dari isterinya dan apa yang diturunkan kepada mereka berdua adalah berupa larangan.” (al Jami li Ahkamil Qur’an juz II hal 472)

Wallahu Alam

Menjawab Tuduhan kepada PMIUTM

MEMBONGKAR FITNAH WAHABI KE ATAS PMIUTM

Saya merasa terpanggil untuk memberikan sedikit penjelasan dan pencerahan terhadap tuduhan dan fitnah yang dilemparkan kepada batang tubuh PMI. Tuduhan yang tidak berasas itu datang daripada shoutbox yang menggelarkan dirinya sebagai ABDULLAH.

Saya merasakan ini berikutan berikutan kenyataan media pihak PMI menyatakan sokongan dan mempertikai tindakan yang dibuat oleh JAIS. Pada asasnya saya juga bersetuju dengan pandangan PMI ini tetapi melemparkan tuduhan bahawa silibus usrah PMI wahabi adalah tuduhan yang berat dan tidak bertanggungjawab!

Untuk itu, disini saya cuba untuk membongkar disebalik fitnah yang cuba dipalitkan kepada PMIUTM. Artikel ini telah saya edit dan ubah tanpa mengubah maksud sebenar mengikut situasi yang berlaku di kampus UTM.

Doktirin Benci Wahabi

Doktrin benci wahabi sering kedengaran sejak sekian lama. Wahabi disinonimkan dengan gerakan dakwah Muhammad bin Abdul Wahab. Dakwaan gerakan ini tidak bermazhab, merupakan satu tuduhan melulu; yang tidak berlandaskan perdebatan ilmu.

Muhammad bin Abdul Wahab sendiri pernah mengakui bahawa beliau bermazhab Hanbali. Jika ini berlaku, bagaimana tuduhan tidak bermazhab dilemparkan kepada Muhammad bin Abdul Wahab?

Hakikatnya, pertembungan yang berlaku hanyalah, dakwaan sahaja. satu pihak mendakwa, mereka sebenarnya ahl As-Sunnah wa Al-Jamaah. Satu pihak yang lain pula, mendakwa bahawa mereka sebenarnya ahl as-sunnah wa al-jamaah, disamping menafikan satu pihak yang lain.

SALAFI DAN KHALAF

Jika membaca balik sejarah kelahiran istilah salafi dan Khalaf, mungkin kita agak memahaminya. Apa yang ingin diulas, golongan yang mendakwa sebagai salafi pada asalnya adalah dari kelompok yang mendakwa sebagai pengikut Imam Ahmad bin Hanbal, atau dikenali sebagai “hanabilah”.

Mereka adalah penerus kepada perjuangan Imam Ahmad bin Hanbal yang berhadapan kesesatan golongan muktazilah yang telah menyebarkan kesesatannya kepada masyarakat umum.

Dari itu, golongan hanabilah mula membicarakan perkara-perkara yang berkaitan dengan tauhid yang turut menyentuh mengenai “ayat mutasyabihat”. Hasil dari perbincangan tersebut, maka lahirlah pegangan yang disandarkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal sebagai mewakili perbincangan beliau. Seterusnya, ia telah menimbulkan pertikaian sesame hanabilah sendiri dalam kontek penyandarannya kepada Imam Ahmad bin Hanbal.
[1]

Kemudian dari itu, lahir pula Imam Abu Al-Hasan Al-Ashari dan pengikutnya yang digelar sebagai “Ashaa’irah”. Kelahiran mereka adalah selepas zaman Imam Ahmad bin Hanbal yang membawa pendekatan mutakallimin untuk mempertahankan aqidah ahl al-sunnah wa al-jamaah dalam menghadapi muktazilah. Namun, konsep dan pandangan asaariyyah itu tidak dapat diterima oleh mereka yang berpegang dengan pendekatan generasi awalan dari kalangan yang mendakwa pengikut Imam Ahmad bin Hanbal
[2].

Para ashaairah mengisytiharkan bahawa mereka mempertahankan akidah islam dengan perantaraan ilmu kalam atau pendekatan logic akal dan menganggap sebagai kesinambungan daripada generasi salaf. Lantas mereka menggelarkan diri mereka sebagai khalaf sebagai perbedaan terhadap mereka yang sebelumnya. Berikutan itu, gelaran salaf mula digunakan sebagai lawan kepada gelaran khalaf.
[3]

Pertelingkahan yang sengit di antara salafiyyah hanabilah dan ashaairah tercetus disebabkan kemunculan pendirian salaf semasa teguhnya kedudukan ashaairah dalam mendominasi bentuk pegangan tauhid umat Islam sejak sekian lama. Kemunculan ketika itu seolah-olah mencabar pengaruh ashairah sehingga masing-masing mendakwa sebagai mewakili pegangan sebenar generasi salaf.
[4]

Apa yang dapat difahami dari kupasan ringkas ini, hakikat sebenar perbedaan ini berlaku, ekoran dari cara dan kaedah mereka berhadapan dengan muktazilah sahaja. Puak yang didakwa salafi, menggunakan method Hanabilah dalam berhadapan dengan Muktazilah, adapun Khalaf menggunakan method Asha’irah dalam berhadapan dengan Muktazilah.

Kedua-dua method ini, sebenarnya mempunyai satu matlamat, iaitu berhadapan dengan muktazilah. Ia sama seperti mahu ke kelantan, sama ada menggunakan laluan Kuala terengganu, ataupun menggunakan laluan Gua Musang.

METHOD HANABILAH DAN ASYA’IRAH

Method hanabilah dalam berhadapan dengan Muktazilah, lebih kepada berhujjah terus dengan merujuk kepada al-Quran dan as-Sunnah. Adapun Asyairah, method menghadapi muktazilah dengan cara mengemukakan hujjah aqli terlebih dahulu, kemudian mengkuatkannya dengan merujuk kepada kandungan al-Quran dan as-Sunnah.

Ia sama seperti kita memahamkan non Muslim dengan islam dengan terus merujuk kepada al-Quran dan as-Sunnah, ataupun dengan cara mengemukakan pembuktian sains terlebih dahulu, baru dikemukakan dokongan al-Quran dan as-Sunnah.

Jika difikirkan, di manakah salah antara dua kaedah ini? yang menjadi perbalahannya adalah, apabila tidak memahami hakikat khilaf bermethod sahaja.

Wahabi adalah satu gerakan yang sebenarnya merujuk kepada gerakan dakwah yang disambung dari Imam Ibnu Taimiyyah, sedangkan Imam Ibnu taimiyyah sendiri adalah seorang tokoh ulama yang menyambung perjuangan Hanabilah.

Tidak dinafikan, tahlil arwah, talqin mayat dan seumpamanya, sememangnya tidak wujud dalam mazhab as-Syafie, tetapi ia tidak bermakna, ia tidak wujud pada pendapat-pendapat ulama-ulama yang lain.

Makanya, apa yang hendak ditekankan disini adalah, pertembungan tentang salafi dan Khalaf atau Wahabi dan Asy’ari merupakan pertembungan yang tidak menguntung Islam sama sekali, kerana ia boleh diselesaikan dengan kaedah yang menyebut, ’kita bertoleransi dalam perkara yang dikhilafkan oleh ulama, dan bersatu teguh dalam mempertahankan perkara yang disepakati’.


Sebaliknya, jika tetap pertembungan ini diteruskan juga, ia hanya berjaya melahirkan polimik yang tidak berkesudahan, yang sudah pasti akan menyebabkan non Muslim akan berjauhan dari islam, dan seterusnya melambatkan kemenangan islam.

Yang paling penting bagi kita di Malaysia kini adalah, fokuskan kepada menyerang Muktazilah moden.

Sekian

Wallahu ’Alam

Al-Bakistani




- Sri Indah (B), Sg Buloh
2 november 2009 * 2:00 petang


[1] Sumbangan aliran asyairah dan Salafiyyah dibidang Usuluddin : lakaran semula sejarah pemikiran tauhid Ahl Al-Sunnah : m/s 20.
[2] Sumbangan aliran asyairah dan Salafiyyah dibidang Usuluddin : lakaran semula sejarah pemikiran tauhid Ahl Al-Sunnah : m/s 22.
[3] Salaf dan Khalaf : hakikat dan Implikasinya : m/s 4.
[4] Tarikh Al-Mazahib Al-Islamiyyah fi As-siyasah wa al-‘aqaid wa tarikh al-mazahib al-fiqhiyyah : m/s 177.